Kreatif dalam Berkarya


Tak hanya orang dewasa seperti Anda dan saya, anak pun bisa mengalami kesulitan dalam berkarya. Suatu kali, bisa jadi anak kesulitan mencari ide penelitian kecil-kecilan untuk proyek sekolah. Atau, anak lagi kebanyakan ide saat ingin membuat lukisan baru. Apa yang harus mereka lakukan? Dan apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua?
Ternyata, ada rahasia anak kreatif yang perlu Ayah Ibu tahu untuk mendukung anak dalam berkarya. Apakah itu?

Jika ditelusuri, usaha berbagai orang untuk mengungkap rahasia anak kreatif dalam berkarya ini sudah ada sejak lama. Hal ini juga dilakukan seorang psikolog sosial sekaligus pendiri London School of Economics, Graham Wallas. Ia menelusuri bagaimana anak-anak maupun orang dewasa pada umumnya membuat suatu karya. Penelusurannya kemudian menghasilkan buku berjudul The Art of Thought yang terbit pertama kali tahun 1926. Wallas kemudian menjadi salah satu orang pertama yang merumuskan teori proses kreatif ini.
Terdapat empat langkah atau tahapan dalam proses kreatif yang dirumuskan oleh Graham Wallas, yakni persiapan (preparation), pengeraman ide (incubation), pencerahan (illumination), dan penegasan (verification). Empat tahap ini dialami oleh para penemu, inovator, seniman, dan banyak orang kreatif lainnya dalam berkarya. Hal inilah yang Ayah Ibu perlu pahami dalam membantu dan mendukung anak dalam berkarya secara optimal.
Apa saja penjelasan dari masing-masing tahapan yang dirumuskan Graham Wallas? Simak empat rahasia anak kreatif di bawah ini:

Persiapan (Preparation)

Rahasia anak kreatif pertama dalam berkarya adalah: tidak ada karya yang lahir dalam semalam. Sekali waktu mungkin bisa, namun pada umumnya, anak membutuhkan persiapan, terutama dalam mencari ide untuk dituangkan dalam bentuk puisi, atau lagu, atau lukisan, atau karya ilmiah. Wallas menulis:
“Pertama-tama adalah persiapan, tahapan saat sebuah masalah ditelusuri… dari berbagai sudut pandang.”
Saat anak Anda, katakanlah, ingin membuat cerpen dengan tema liburan, ada banyak ide yang bisa anak renungkan. Misalnya, apakah anak akan menggunakan pengalaman berliburnya sendiri, atau membuat kisah fiksi? Atau, menuliskan keseluruhan jalannya liburan, atau fokus pada suatu kejadian menarik?
Itulah sebabnya, anak perlu belajar melihat rencana berkaryanya dari berbagai perspektif, melalui berbagai pertanyaan. Ayah Ibu dapat membantu anak dalam berkarya dengan turut mengajukan pertanyaan seputar karya yang hendak dibuat oleh anak. Sekali lagi, ide membutuhkan persiapan – penjelajahan melalui pertanyaan – sebelum dikerjakan sebagai suatu karya.

Pengeraman Ide (Incubation)

Rahasia anak kreatif kedua dalam berkarya adalah: telur butuh pengeraman agar jadi. Demikian pula dalam berkarya, seringkali ide butuh waktu menunggu. Kadang setelah melalui berbagai pertanyaan dan perenungan, mungkin anak masih gelisah apakah idenya cukup bagus untuk dilanjutkan dalam bentuk karya. Apa kata Wallas selanjutnya?
“Langkah kedua adalah saat seseorang tidak secara sadar berpikir tentang masalah tersebut, yang saya namakan inkubasi.”
Apa artinya? Saat anak sudah mentok berpikir mau diapakan idenya, Anda dapat menyarankan anak untuk… berhenti berpikir. Lho, kok malah tidak dipikirkan? Ya, seperti telur yang butuh dierami – sebuah kegiatan yang pasif – anak pun butuh waktu diam. Biarkan idenya mengendap, sembari anak melakukan hal lain – misalnya bermain.
Benedict Carey, penulis buku How We Learn, juga menjelaskan pentingnya tidak berkutat pada masalah saat anak kehabisan ide atau tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Mengambil waktu sejenak untuk berhenti dan melakukan hal lain, justru bisa memberikan ruang bagi anak untuk memproses idenya secara pasif, sebelum kembali bergelut dengannya.

Pencerahan (Illumination)

Rahasia anak kreatif ketiga dalam berkarya adalah: momen aha! Segala pertanyaan yang dipikirkan dalam tahap persiapan, yang lalu diendapkan dalam tahap pengeraman ide, secara tanpa sadar akan menemukan keterkaitannya, dan menghasilkan pencerahan. Wallas melanjutkan:
“Tahapan ketiga adalah saat timbulnya ‘ide cemerlang’ mengikuti serangkaian peristiwa psikologis yang mendahuluinya, yang saya sebut sebagai pencerahan.”
Pencerahan biasanya terjadi sekonyong-konyong, pada waktu dan kesempatan yang anak duga. Seringkali ia datang di saat anak tidak sedang berkutat dengan ide tentang karya yang akan dibuatnya. Oleh sebab itu, mengerami atau mengendapkan ide sangatlah penting sebelum anak kembali mengunjungi idenya dan mendapatkan ilham.
Saya biasanya mendapatkan ide menulis – termasuk menulis artikel ini – saat sedang mencuci atau bengong di kamar mandi. Kegiatannya mungkin tidak berhubungan dengan membaca, meneliti, dan menulis, namun memberikan kesempatan bagi kepala saya untuk beristirahat sembari menunggu momen aha tersebut datang.

Penegasan (Verification)

Rahasia anak kreatif keempat dalam berkarya adalah: lanjutkan. Saat momen aha akhirnya datang dan memberikan pencerahan, sudah waktunya anak kembali mengerjakan karyanya: mengubah ide di kepala menjadi wujud atau bentuk yang dapat dinikmati banyak orang.
Mengapa dinamai penegasan? Karena karya anak nantinya tak hanya dinikmati dirinya saja, namun juga orang lain. Anak perlu mempertimbangkan berbagai hal agar wujud karyanya dapat lebih mudah dipahami orang banyak, atau secara umum: agar perasaan atau pesan anak benar-benar tersampaikan melalui karyanya.
Apa dukungan yang paling ingin Ayah Ibu berikan saat anak sedang berkarya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bhinneka Tunggal Ika

Ujian Praktik SBdP